Pagi-pagi
benar, saat matahari masih mengembangkan sinarnya. Waktu telah menunjukan pukul
09.30 pagi. Setiap harinya dengan menaiki bus kota, jarak antara Depok hingga
Grogol, seakan bukanlah menjadi penghalang bagi Normansah (42 tahun) untuk
mengais rejeki. Sepintas penampilan fisik pria yang akrab di sapa sebagai
Norman ini terlihat biasa-biasa saja. Namun apabila diperhatikan secara dekat,
ada perbedaan dari Norman dengan kebanyakan orang lainnya. Norman memiliki
kelainan bentuk pada sebelah tangan dan kakinya.
Pada suatu hari, waktu itu usia Norman baru 3 bulan, Norman mengalami step atau kejang-kejang. Dan sejak saat
itulah kondisi Norman nampak berbeda dengan orang-orang pada biasanya. Walau
demikian, Norman tetap bertumbuh seperti anak-anak lainnya. Meskipun, sejak
dari bangku Sekolah, tidak jarang Norman harus menerima ejekan-ejekan dari
teman-temannya. Norman merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Tiga
adiknya laki-laki, dan mereka semua terlahir dengan kondisi yang normal. Norman
memang tak seberuntung adik-adiknya, tapi Norman tetap memiliki semangat yang kuat untuk menjalani
hidup.
Setiap harinya Norman bekerja sebagai seorang Loper Koran dan menjadi
agen distributor yang memasukkan koran-koran yang terbit
pada sore hari kepada para pengecer. Salah satu koran yang Norman jual adalan
Harian Surat Pembaharuan. Biasanya, pada pukul 12.30 Norman telah tiba di
Grogol dan harus menunggu koran sore tiba pada pukul 14.00. Saat koran sore
tiba, Norman mulai mengantarkan koran-koran itu kepada para pengecer di sekitar
jalan Grogol. Sudah sejak masih berusia 20 tahun, Norman menghabiskan
hari-harinya sebagai seorang loper koran.
Setelah selesai mengantarkan koran kepada semua pengecer, Norman mulai berjalan
menuju kolong Jembatan Grogol. Di bawah Jembatan inilah, Norman berjualan
setiap harinya. Teriknya Matahari seakan telah menjadi sahabat bagi Norman.
Jika banyak yang
membeli atau korannya habis terjual semua, Norman dapat mengantungi uang
sebesar Rp 100.000,- per- hari. Tapi, di kala sepi, biasanya Norman hanya
menerima Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- . Penghasilan yang Norman terima setiap
harinya, di pakai untuk biaya kebutuhan
dirinya dan menghidupi Ibunya. Baru-baru ini pula, tepat pada 19 Agustus 2013,
ayah Norman baru saja meninggal dunia.
Karena keramahan dan
kegigihannya, hampir disepanjang jalan Grogol semua orang mengenal Norman.
Norman di kenal sebagai orang yang
sangat rajin.
“Norman sering meminjamkan kita, para tukang ojek,
koran-koran dagangannya untuk di baca. Setelah selesai kami baca, baru kami
kembalikan. Norman adalah orang yang baik sekali. Meskipun, kondisinya seperti
itu, dia tidak pernah mau merepotkan orang lain. Biasanya Norman hanya pernah
meminta tolong untuk mengikatkan koran-korannya. Karena kondisi tangannya yang
berbeda, membuat Norman sulit melakukan itu. Seringkali, banyak orang yang
kasihan melihat Norman dan ingin memberikannya uang. Tapi, dia selalu menolak.
Dia selalu mengatakan, jika dia masih mampu untuk mencari uang sendiri. Saat
naik bus, banyak juga kenek bus, yang
kasihan kepadanya dan meminta Norman untuk tidak perlu membayar ongkos. Namun
Norman tidak mau dikasihani, Norman tetap melakukan kewajibannya. Menurut saya.
Norman adalah orang yang pantas di sebut sebagai seorang pekerja keras,” tutur
Edy (35 tahun), tukang ojek di samping Mall Citraland.
Terkadang, mungkin
kebanyakan orang akan memandang Norman dengan sebelah mata. Namun siapa sangka,
Norman memiliki pendidikan akhir sebagai Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Hukum,
lulusan Universitas Borobudur. Norman berkuliah dengan mengumpulkan hasil uang
jualan korannya, meski terkadang masih di bantu oleh ayahnya semasa hidup.
“Saya tidak mau dikasihani atau di berikan
uang secara cuma-cuma. Meski Rp 1.000,- atau bahkan Rp 100.000,- . Karena itu
sama saja dengan mengemis. Saya masih mampu kok untuk bekerja, sama seperti
yang lainnya,” ujar Norman, pria yang bermimpi dan bercita-cita menjadi boss ini.
“Iya, Norman itu orangnya rajin sekali, banyak
orang yang kagum sama dia. Lihat saja, banyak orang yang fisiknya sempurna saja
malas untuk bekerja. Tapi, Norman mana mau mengemis. Banyak orang kasihan dan
mau memberikannya uang atau
nasi kotak selalu di tolak. Dan Norman selalu bilang, kalau dia masih mampu
untuk mencari nafkah. Seharusnya, Pemerintah lebih memperhatikan orang-orang
seperti Norman ini,” ucap Zein, sopir angkutan umum arah Grogol – Kota.
Gila, sentilah buat kita orang yang fisiknya normal tetapi mempunyai mental yang kurang dibanding Norman. Salut. Inspiratif banget. Pengemasan tulisannya menarik dan ringan. :)
BalasHapusgoodddd bgt artikelnya .....^^
BalasHapus