Rabu, 27 November 2013

Bukan Waktunya Untuk Lengah

        Pagi-pagi benar, saat matahari masih mengembangkan sinarnya. Waktu telah menunjukan pukul 09.30 pagi. Setiap harinya dengan menaiki bus kota, jarak antara Depok hingga Grogol, seakan bukanlah menjadi penghalang bagi Normansah (42 tahun) untuk mengais rejeki. Sepintas penampilan fisik pria yang akrab di sapa sebagai Norman ini terlihat biasa-biasa saja. Namun apabila diperhatikan secara dekat, ada perbedaan dari Norman dengan kebanyakan orang lainnya. Norman memiliki kelainan bentuk pada sebelah tangan dan kakinya.
        Pada suatu hari, waktu itu usia Norman baru 3 bulan, Norman mengalami step atau kejang-kejang. Dan sejak saat itulah kondisi Norman nampak berbeda dengan orang-orang pada biasanya. Walau demikian, Norman tetap bertumbuh seperti anak-anak lainnya. Meskipun, sejak dari bangku Sekolah, tidak jarang Norman harus menerima ejekan-ejekan dari teman-temannya. Norman merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Tiga adiknya laki-laki, dan mereka semua terlahir dengan kondisi yang normal. Norman memang tak seberuntung adik-adiknya, tapi Norman tetap memiliki semangat yang kuat untuk menjalani hidup.
        Setiap harinya Norman bekerja sebagai seorang Loper Koran dan menjadi agen distributor  yang memasukkan koran-koran yang terbit pada sore hari kepada para pengecer. Salah satu koran yang Norman jual adalan Harian Surat Pembaharuan. Biasanya, pada pukul 12.30 Norman telah tiba di Grogol dan harus menunggu koran sore tiba pada pukul 14.00. Saat koran sore tiba, Norman mulai mengantarkan koran-koran itu kepada para pengecer di sekitar jalan Grogol. Sudah sejak masih berusia 20 tahun, Norman menghabiskan hari-harinya sebagai seorang loper koran. Setelah selesai mengantarkan koran kepada semua pengecer, Norman mulai berjalan menuju kolong Jembatan Grogol. Di bawah Jembatan inilah, Norman berjualan setiap harinya. Teriknya Matahari seakan telah menjadi sahabat bagi Norman.
       Jika banyak yang membeli atau korannya habis terjual semua, Norman dapat mengantungi uang sebesar Rp 100.000,-  per- hari.  Tapi, di kala sepi, biasanya Norman hanya menerima Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- . Penghasilan yang Norman terima setiap harinya, di pakai untuk  biaya kebutuhan dirinya dan menghidupi Ibunya. Baru-baru ini pula, tepat pada 19 Agustus 2013, ayah Norman baru saja meninggal dunia. 
      Karena keramahan dan kegigihannya, hampir disepanjang jalan Grogol semua orang mengenal Norman. Norman di kenal sebagai orang yang  sangat rajin.
      “Norman sering meminjamkan kita, para tukang ojek, koran-koran dagangannya untuk di baca. Setelah selesai kami baca, baru kami kembalikan. Norman adalah orang yang baik sekali. Meskipun, kondisinya seperti itu, dia tidak pernah mau merepotkan orang lain. Biasanya Norman hanya pernah meminta tolong untuk mengikatkan koran-korannya. Karena kondisi tangannya yang berbeda, membuat Norman sulit melakukan itu. Seringkali, banyak orang yang kasihan melihat Norman dan ingin memberikannya uang. Tapi, dia selalu menolak. Dia selalu mengatakan, jika dia masih mampu untuk mencari uang sendiri. Saat naik bus, banyak juga kenek bus, yang kasihan kepadanya dan meminta Norman untuk tidak perlu membayar ongkos. Namun Norman tidak mau dikasihani, Norman tetap melakukan kewajibannya. Menurut saya. Norman adalah orang yang pantas di sebut sebagai seorang pekerja keras,” tutur Edy (35 tahun), tukang ojek di samping Mall Citraland.
      Terkadang, mungkin kebanyakan orang akan memandang Norman dengan sebelah mata. Namun siapa sangka, Norman memiliki pendidikan akhir sebagai Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Hukum, lulusan Universitas Borobudur. Norman berkuliah dengan mengumpulkan hasil uang jualan korannya, meski terkadang masih di bantu oleh ayahnya semasa hidup.
      “Saya tidak mau dikasihani atau di berikan uang secara cuma-cuma. Meski Rp 1.000,- atau bahkan Rp 100.000,- . Karena itu sama saja dengan mengemis. Saya masih mampu kok untuk bekerja, sama seperti yang lainnya,” ujar Norman, pria yang bermimpi dan bercita-cita menjadi boss ini.
      “Iya, Norman itu orangnya rajin sekali, banyak orang yang kagum sama dia. Lihat saja, banyak orang yang fisiknya sempurna saja malas untuk bekerja. Tapi, Norman mana mau mengemis. Banyak orang kasihan dan mau memberikannya uang atau nasi kotak selalu di tolak. Dan Norman selalu bilang, kalau dia masih mampu untuk mencari nafkah. Seharusnya, Pemerintah lebih memperhatikan orang-orang seperti Norman ini,” ucap Zein, sopir angkutan umum arah Grogol – Kota.  
    Sambil menggoreskan senyumnya, Norman mengatakan, prinsip hidupnya adalah tidak boleh menyerah!(HL)


2 komentar:

  1. Gila, sentilah buat kita orang yang fisiknya normal tetapi mempunyai mental yang kurang dibanding Norman. Salut. Inspiratif banget. Pengemasan tulisannya menarik dan ringan. :)

    BalasHapus
  2. goodddd bgt artikelnya .....^^

    BalasHapus