Rabu, 27 November 2013

Banjir Kembali Sapa Kota Jakarta

Padahal, belum memasuki puncak musim hujan. Tetapi, hujan lebat yang mengguyur Jakarta sepanjang siang kemarin telah menyebabkan 25 titik genangan air di ruas-ruas jalan Ibu Kota.
            Banjir seakan menjadi permasalahan yang tak kunjung usai di Indonesia, khususnya di Ibukota Jakarta. Resapan air yang semakin curam membuat air dapat dengan mudah meluap ke ruas jalan. Dalam setahun, untuk daerah-daerah tertentu Jakarta dapat 30 kali di landa banjir.
            Untuk dampak hujan yang mengguyur siang hingga sore ini, terdapat 25 titik genangan air di jalan-jalan Jakarta. Selain  tak ayal menyebabkan kemacetan lalu lintas, dampak ekonomi yang kerap terjadi adalah aktivitas pekerjaan warga menjadi terganggu. Warga menjadi lebih repot, karena harus memindahkan barang-barang. Serta, sulitnya akses menuju kantor  membuat sejumlah karyawan tidak dapat berangkat untuk bekerja. Hal ini ikut mempengaruhi stabilitas ekonomi.
            Dampak yang paling memprihatinkan, yakni melihat sejumlah warga terutama anak-anak harus terserang penyakit. Bahkan, tidak jarang hingga menjatuhkan korban. Salah satunya adalah Warga Ciledug Indah yang meninggal dunia karena sakit jantung, meninggal saat dievakuasi dengan perahu karet.
            Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) mengatakan puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januarir 2014. BNPB mewanti-wanti warga Jakarta untuk bersiap-siap menghadapi banjir.
            Pemprov DKI Jakarta diharapkan dapat lebih memperhatikan masalah resapan dan saluran air. Serta, memperbaiki tata ruang kota Jakarta, padatnya pemukiman dan Gedung-gedung pusat pemberlanjaan menyebabkan kurangnya resapan air di Ibukota. Sehingga, sekali diguyur hujan, Jakarta selalu dilanda banjir.
            Mengingat puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari 2014, warga harus lebih waspada terhadap terjadinya banjir. Warga di sini juga perlu berperan  aktif  memiliki kesadaran, untuk menjaga kebersihan saluran air, terutama selokan dan sungai. Warga dapat melakukan gotong royong membersihkan saluran air secara rutin. Ini persoalan yang sering dianggap kecil, namun dampaknya selalu besar.  (HL)


(Belajar membuat tajuk rencana/ editorial)
           


             

2 komentar: