Rabu, 27 November 2013

Setitik Asa, Perbaiki Negeri

Perekonomian Defisit seakan menjadi permasalah pelik yang tak unjung usai di negeri ini.  Kurangnya dana untuk anggaran, menimbulkan Negara harus terus meminjam dana kepada luar dan itu tetap harus di bayar. Itulah musabab nilai hutang Negara pun kian meningkat selama ini.

            Harian ini (edisi Senin, 21 Oktober 2013) baru saja mengangkat berita ekonomi bertajuk Defisit Transaksi Berjalan Diprediksi hingga Tahun 2015. Bank Indonesia memprediksi transaksi akan tetap berjalan defisit hingga Tahun 2015. Asumsi tersebut lahir, mengingat tidak adanya perubahan spesifik mengenai permasalahan subsidi minyak serta ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat. Dan diperkirakan, hal itu baru akan mulai pulih pada tahun 2015.
        Sampai saat ini alih-alih permasalahan defisit tidak juga dapat terpecahkan. Nilai impor Negara kian melonjak, serta ekspor dari kebutuhan minyak tidak dapat dilakukan secara cepat. Melihat kondisi Negara Eropa dan Amerika Serikat yang sedang mengalami krisis.
        Selama ini beban Negara Indonesia untuk mensubsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terbilang sangat besar. Di karenakan jumlah produksi BBM di Indonesia lebih kecil daripada kebutuhan penggunaan BBM. Oleh karena itu ketergantungan kita dalam melakukan impor cukup besar. Di tambah lagi, harga minyak dunia terus naik. Akibatnya, beban subsidi Negara pun semakin dan semakin naik.
        Transaksi berjalan masih akan defisit hingga tahun 2015. Ini terjadi karena defisit pada triwulan II-2013 mencapai 9,8 miliar dollar AS atau 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut masih terlalu besar untuk diubah menjadi surplus melalui penguatan suplai yang dilakukan dalam waktu 1-2 tahun.
         Defisit transaksi berjalan tahun 2013 diperkirakan di atas 3 persen dari PDB. Pada tahun 2014 dan 2015, defisit masih akan terjadi meskipun dapat mengecil.
         Dalam hal ini pemerintah harus lebih cermat, dan berkewajiban untuk mengurangi atau menekan subsidi BBM. Subsidi BBM sangat besar biayanya. Seharusnya pemerintah, mengalihkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk mengembangkan keahlian Sumber Daya Manusia (SDM) negeri ini, sehingga nilai impor dapat berkurang. Dan masyarakat dapat mengolah Sumber Daya Alam nya (SDA) sendiri. Selama ini kita masih belum mandiri! Permasalahan ini tidak akan dapat terpecahkan, selama kita sebagai pemilik, terus bergantung dari luar. Pada tahun 1945 Indonesia telah merdeka, sama halnya dengan Negara Korea Selatan. Namun, kini yang membedakan, Korea Selatan melompat jauh lebih maju. Hal itu dikarenakan Negara membiasakan para penduduknya untuk memakai produk dalam Negeri. Kesadaran dan kecintaan akan produk dalam Negeri juga sangat perlu untuk di bangun. Di sinilah, Pemerintah harus berusaha lebih keras, guna kemajuan Negeri ini. Dan yang terakhir, Pemerintah harus lebih mengedapankan kebijakan Pajak Negara. Di Indonesia, masih terlalu banyak jumlah pengusaha - pengusaha besar yang masih mengurangi laporan laba perusahaannya. Padahal, salah satu sumber dana untuk negara yang cukup besar adalah dari pajak.
        Masyarakat pun juga harus lebih kooperatif dan sadar dalam memperbaiki permasalahan negerinya sendiri. Tindak konsumerisme akan produk luar masih terlalu tinggi. Terutama pada pemilihan gadget atau satelit komunikasi. Hal tersebut yang akan terus meningkatkan pendapatan luar dan mempengaruhi kurangnya devisa Negara. Masyarakat dapat memulai, untuk lebih memilih berbelanja di pasar tradisional. Sehingga, keuntungan yang di dapatkan oleh para pedagang, mampu menggerakan roda ekonomi Negara. Dengan berbelanja dan mencintai produk dalam Negeri. Hal tersebut juga membantu menekan angka pengangguran di negeri ini.
        Defisit harus diperangi. Sehingga, Masyarakat dapat lebih sejahtera dan nilai kemiskinan pun dapat berkurang. Mulai lah dari hal kecil, mulai lah dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang.



(Belajar Membuat Tajuk Rencana/ Editorial)

1 komentar:

  1. Nice post. :)

    Tapi coba perhatikan pemakaian huruf besar. :cheers

    BalasHapus